Perawat Harus Punya Rasa Cinta & Kasih
Hal tersebut dikatakan oleh dosen Program Studi Ilmu Kepe-rawatan (PSIK) FK Unpad, Dra. Suharyati Samba, dalam seminar perawat rohani Islam di Akper Aisyiyah, Selasa (31/8). Hal senada juga dikemukakan tiga pembicara dari IAIN Sunan Gunung Djati yakni Dr. H. Afif Muhammad, Drs. H. Isep Zainal Arifin, dan Dr. H. M. Solihin.
Menurut Suharyati, kedudukan perawat amat penting, karena satu-satunya tenaga kesehatan yang secara 24 jam dituntut untuk selalu di samping pasien. "Jumlah pe-rawat selalu paling banyak diban-dingkan jumlah tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan lain-lain. Kebutuhan dasar manusia dalam pandangan keperawatan meliputi biologi, psikis, sosial, dan spiritual hingga fungsi perawat untuk membantu pasien," katanya.
Dalam menjalankan tugas, seorang perawat harus melandasi kepada pikiran dan perasaan cinta, afeksi, dan komitmen mendalam kepada kliennya. "Dengan cara seperti itu pengasuhan kepe-rawatan berjalan baik. Tapi bila ada praktik keperawatan yang kurang baik, berarti yang dilakukannya hanya sekadar prosedur keperawatan bukan asuhan keperawatan," jelasnya.
Perawat juga bisa membimbing ritual keagamaan sesuai dengan keyakinan klien, seperti cara bertayamum, salat sambil tiduran, atau berzikir dan berdoa. "Bila perlu perawat dapat mendatangkan guru agama pasien untuk dapat memberikan bimbingan rohani hingga merasa tenang dan damai. Dalam kondisi sakaratul maut perawat berkewajiban mengantarkan klien agar wafat dengan damai dan bermartabat," ujarnya.
Afif Muhammad mengatakan, masalah sehat dan sakit adalah alami sebagai ujian dari Allah SWT, hingga manusia tidak akan bisa terbebas dari sakit. "Sehat kerap membuat orang lupa dan lalai baik dalam melaksanakan perintah-pe-rintah Allah maupun mensyukuri nikmat sehatnya. Kita sering menyebut kondisi yang tidak menyenangkan seperti sakit sebagai musibah yang terkesan negatif, padahal musibah berkonotasi positif," jelasnya.
Tugas seorang perawat, menurut Afif, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi. "Pernyataan tidak memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum sebab akibat," katanya.
Perawat juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang bisa mendatangkan "manjurnya" doa. "Saya ingin menekankan masalah pe-ngobatan alternatif yang kini menjamur dan menjadi pengobatan utama. Padahal namanya alternatif seharusnya jadi keputusan terakhir setelah cara-cara medis tidak bisa menanganinya," ujarnya.
Sedangkan Isep Zainal Arifin menekankan, perawat bisa memberikan bimbingan langsung seperti tukar pikiran, berdoa bersama, dan bimbingan ibadah. "Bimbingan tak langsung bisa berupa ceramah, percikan kata hikmah, buletin, doa tertulis, maupun tuntunan ibadah secara tertulis. Dengan bimbingan itu diharapkan dapat membantu proses kesembuhan pasien," timpalnya. (A-71)***
Komentar
Posting Komentar